Hitler; sejarah kelam jerman

Berbagai perasaan dan tanggapan bercampur baur dalam hatiku waktu membaca kisah tragis kematian sang diktator terkejam abad ke dua puluh, herrfuehrer Adolf hitler. Ada sedikit pelajaran berharga yang menyeruak di sela-sela sejarah hitler yang penuh kekejaman, kebengisan, dendam, kecurigaan, paranoid dan pengkhianatan.
Hitler yang dulunya hanyalah seorang gelandangan ternyata adalah warga asli Austria. Dia memiliki penyimpangn yang sangat aneh dari sekian banyak penyimpangan mental yang pernah kuketahui. Akan tetapi takdir sepertinya bersedia memberikan tempat mulia untuk sementara waktu untuk orang aneh ini. Apalagi bakatnya dalam berorasi serta kharisma yang dipancarkan dari matanya yang begitu tajam seakan-akan menjadi legitimasi alamiah bagi hitler untuk menuju ke puncak kekuasaan dan membangun the third reich.

Kepemimpinan hitler di jerman selama dua belas tahun ternyata membawa dampak yang sangat serius bagi seluruh dunia. Ambisi lebensraum-nyalah yang pertama kali menyulut api perang dunia ke II, ditandai dengan serangan ke Polandia pada tahun 1939. sejarah mencatat selama enam tahun perang berlangsung, lebih dari 30 juta jiwa manusia menjadi korban keganasan perang ditambah jutaan orang yahudi yang menjadi korban holocaust di seluruh wilayah pendudukan jerman.

Namun akhir dari kejayaan hitler sendiri sangatlah menyedihkan. Dimulai dengan kekalahan pasukannya di berbagai front pertempuran menghadapi tentara merah sovyet di timur dan tentara sekutu di front barat. Menyusul kemudian pengkhianatan sahabat-sahabat terdekat, yang disebut hitler sebagai kesetiaan tertinggi dalam NAZI. Akhirnya pukulan-demi pukulan, rentetan pengkhianatan dan kekalahan semakin memporakporandakan mental sang reich marshal ini. Dia pun memilih mengakhiri hidupnya dengan cara menembak kepalanya dengan pistol, diikuti aksi minum racun  oleh istrinya. Mayat mereka berdua pun dibakar dengan 180 liter bensin di atas bunker istana kanselir. Hitler lebih memilih lenyap menjadi abu dari pada tubuhnya dilempar dan dikoyak-koyak musuhnya seperti yang dialami oleh dikatator fasis italia, Benito mussolini bersama istrinya. Sebelum meninggal, hitler masih sempat meninggalkan wasiat yang kemudian terkenal dengan sebutan political testament. Salah satu isinya adalah alasan tentang tindakan bunuh dirinya. Hitler berpesan bahwa tindakannya itu adalah wujud kesetiaannya pada rakyat dan tanah airnya. Dia yakin rakyat jerman akan terinspirasi oleh tindakannya. Setiap tetes darahnya yang tumpah ke bumi akan menjadi semangat abadi untuk perjuangan generasi baru jerman. Begitulah akhir dari hidup seorang yang tidak punya pengendalian diri. Hitler juga memperlihatkan keberanian dan kesetiaan yang luar biasa terhadap kepercayaan para pengikutnya. Dia menolak meninggalkan bunkernya untuk menyelamatkan diri ke selatan jerman.

Jika kita menilik lebih dalam, sikap ultrafasisme hitler muncul dari kebenciannya yang mendalam terhadap bangsa yahudi yang dianggapnya sebagai racun bagi ketentraman dunia (ya, aku setuju). Sikap itu kemudian dikembangkannya menjadi sebuah paham yang mengunggulkan ras arya di atas semua ras manusia di dunia. Konon kebencian hitler semakin menjadi-jadi setelah membaca dokumen-dokumen rahasia beserta kitab talmud milik para negarawan yahudi internasional. Maka pembantaian yahudi pun dimulai!!!!.

Agaknya hitler tidak menyadari (yahhhh…. Orang ini memang tidak pernah mau belajar dari kesalahan), bahwa sikapnya itu tidak ada bedanya dengan paham yang telah dianut orang-orang yahudi sejak ribuan tahun lalu. Bangsa ini adalah makhluk yang paling fanatis akan keagungan darah dan keturunan mereka dibandingkan bangsa manapun di dunia. Paham ini dijaga sangat rapi dan diwujudkan dalam gerakan-gerakan rahasia, terorganisir, kejam dan licik. Hal ini pernah disebutkan hitler dalam political testamennya.

Hitler hanyalah bentuk lain dari ambisi dan keangkuhan manusia terhadap kebanggaan yang berlebihan akan ketinggian, kemurnian dan kejayaaan garis keturunan mereka. Bahkan tanpa disadarinya, hitler telah menjadi martir yang melapangkan jalan bagi para cendikiawan yahudi meraih legalitas dunia terhadap cita-cita mereka yaitu kembali ke tanah air Yerussalem.

Sejak zaman primitif sampai abad modern ini, fanatisme berlebihan pada garis keturunan dan kemurnian darah selalu menjadi salah satu alasan bodoh untuk berperang dan menghancurkan orang lain. Riwayat kehidupan para Nabi dan Rasul pun kental dengan pengingkaran yang lahir dari paham ini. Bahkan zaman Rasulullah Muhammad SAW tidak lepas dari kisah pengagung-agungan suku bangsa, yang kerap kali menyulut api peperangan. Maka islam pun mengatur dan memperbaiki kesalahan primitif ini dengan cara yang teramat sangat bijaksana. Intinya adalah mengganti rasa kebanggaan terhadap suku menjadi kebanggaan mutlak terhadap islam. Era setelah zaman Rasulullah pun memperlihatkan kenyataan bahwa paham-paham rasialis tetap menjadi motor penggerak pertumpahan darah di seluruh dunia. Yahudi dengan Freemasonry-nya, italia dengan fasisme serta jepang dengan pahamnya sebagai keturunan amaterasu omikami. Alhasil, ini menambah keyakinanku bahwa teori evolusi hanya bohong belaka, karena nafsu manusia tidaklah banyak berubah; tetap primitif.

comment 0 komentar:

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar

 
© The Viko's Emporium | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger