Featured

Diberdayakan oleh Blogger.

0 Resep Rahasia Palai Ayam


Palai (pepes) adalah makanan tradisional yang banyak diminati di wilayah Sumatera dan Jawa. Resep bumbu dan proses pembuatan palai menggunakan bahan-bahan alami dari rempah-rempah, tidak menggunakan minyak maupun bahan tambahan lainnya. Karena itu palai tergolong bahan makanan yang sangat sehat untuk dikonsumsi.

Biasanya palai berbahan dasar ikan, baik ikan kecil maupun ikan ukuran menengah. Tapi ada satu resep rahasia yang saya dapatkan di kampung halaman saya, di mana palai dibuat dari bahan dasar daging ayam kampung. 
Ayam? 
Ayam bisa di bikinpalai?... Baru dengar!..

Ini adalah reaksi umum dari sebagian besar orang yang pernah saya ajak bicara tentang palai ayam. Tentu saja karena menu makanan ini sangat tidak lazim apalagi di Sumatera Barat. Saat saya menerima resep rahasia inipun saya diwanti-wanti untuk melestarikannya. Berdasarkan pengalaman saya mencoba memasak dan menikmati sendiri menu ini, efeknya sangat luar biasa untuk tubuh kita. Tubuh menjadi hangat, peredaran darah terasa lancar dan fikiran segar. Rasanya..? Wuihhh gurih!!.
Oke, berikut resep rahasianya:

Daun cengkeh 1 helai
Daun asam sundai, pilih daun yang agak luas
Jahe 2 buah sebesar ibu jari, dikeprek
Lengkuas merah sebesar ibu jari, dikeprek
Cabe 2 ons, tidak boleh yang halus
Daun kunyit 1 helai
Serai 2 batang, dikeprek
Tomat besar 3 buah
Garam secukupnya
Bawang merah dan bawang putih secukupnya
Buah pala muda 2 buah
Daun salam secukupnya

Aduk semua ramuan dengan daging ayam kampung muda (biasanya dibelah empat). Masukkan ke dalam daun pisang yang sudah didiangkan. Daun pisangnya boleh dilapisi sampai 2 atau 3 lapis. Kemudian dipalai sampai matang di atas tungku dengan api kecil. 

Selamat menikmati...!! Nyammmmm

Read more

0 Doktor-Doktor penganguran



Sengaja saya beri judul sadis begini, untuk menggambarkan malangnya nasib sarjana S3 di Indonesia, terutama yang tamatan luar negeri. Cerita kali ini adala pengalaman saya sendiri. Bukannya sombong, tapi sejak awal saya memutuskan untuk pulang dan mengabdi di Indonesia, saya mengira bahwa keahlian yang saya bawa dari Jepang akan berguna untuk memajukan institusi pendidikan di Indonesia. Apalagi banyak hal-hal baru dalam bidang kimia yang bisa saya terapkan untuk membangun dasar-dasar ilmu polimer di Indonesia. Para dosen muda di institusi pendidikan itupun bersemangat. Mereka yakin saya bisa segera bergabung sebagai staf. Memajukan jurusan kimia yang sudah jauh tertinggal dari saudara sekotanya. Sayapun makin bersemangat.

Dan begitulah akhirnya. Sebuah surat cinta beramplop resmi dari sebuah institusi pendidikan milik pemerintah datang di suatu pagi beberapa minggu yang lalu. Amplop putih yang cerah itu ternyata tidak secerah isinya. Sebuah kalimat penolakan bernada teknis disertai doa indah untuk masa depan yang lebih baik. Doanya tentu saja segera saya aminkan. Suratnya saya simpan untuk kenang-kenangan.

Kampus tersebut belum butuh saya. Provinsi ini belum butuh saya. Jadi tidak apa-apa. Memang belum waktunya mengabdi pada institusi Negara. Masih banyak cara lain membantu mengembangkan ilmu polimer untuk umat manusia. Ini hidup, dan kejadian ini wajar-wajar saja, apalagi di Indonesia.

Dalam hati saya bertanya-tanya, bagaimana dengan teman-teman saya lainnya yang pulang setelah S3 di luar negeri?
Read more

Delete this element to display blogger navbar

 
© The Viko's Emporium | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger